11:16 PM
0

Please Bantu Saya, Like This !!!

x

Powered By Blogger Widget and Get This Widget

Perkenalkan, namaku Nico usia 23 tahun, tampang lumayan (kata yang lain lho), kulit putih, tinggi 167-an. Aku memiliki sebuah pengalaman yang sangat istimewa, penglaman yang pertama kali dan tak dapat terlupakan, yang terjadi ketika aku masih berumur 13 tahun, masih duduk di kelas 1 SMP. Tentu saja ketika itu aku masih sangat muda, tinggiku dulu masih belum ada 160-an, dan belum banyak mengetahui apa-apa, apalagi dunia seks, walaupun dulu aku juga pernah menonton beberapa film blue, namun pengetahuanku mengenai seks yang sebenarnya masih sangat minim. Sebenarnya seluruh keluargaku ada di Semarang, namun aku dititipkan oleh orangtuaku kepada Oomku untuk sekolah di salah satu SMP swasta favorit di Jakarta.

Oomku adalah pemilik dan juga merangkap salah satu jabatan direktur di salah satu perusahaan, yang berlokasi di kawasan bisnis Kuningan, namun oleh karena kesibukan kerja yang amat banyak, Oomku membuat juga sebuah kantor mini di rumahnya, yang diisi hanya oleh beberapa karyawan saja. Dengan perangkat komputer yang canggih sehingga dapat langsung diakses ke kantor pusat.

Salah satu staff Marketing perusahaan Oomku bernama Mbak Ambarwati, dan biasa kupanggil Mbak Ambar, dan tampaknya Mbak Ambar menjadi salah satu staff kepercayaan Oomku, karena walaupun sebenarnya kantornya adalah di Kantor Pusat Kuningan, namun ia sering membantu Oomku di kantor mini di rumahnya yang sangat besar, sehingga aku sering melihatnya, karena kadang-kadang aku sering masuk kantornya untuk meminjam alat-alat tulis untuk mengerjakan pekerjaan sekolahku.

Mbak Ambar sangat cantik dan manis, usianya sekitar 25 tahun, tingginya kurang lebih 160-an, tubuhnya sangat ideal, kulitnya kuning langsat, serta memiliki rambut yang dipotong pendek sebahu. Dengan baju kerjanya Mbak Ambar terlihat sangat cantik dan seksi. Apabila ia sedang melepas blezernya, buah dadanya tampak padat, ukurannya sedang-sedang saja. Karena ia selalu memakai rok span mini, maka pantatnya terlihat padat dan kencang, karena tercetak dengan sangat jelas di rok spannya yang ketat.

Sering kali ketika aku sedang mengerjakan tugas sekolahku di salah satu meja kerja yang kosong, aku melirik ke arah betis Mbak Ambar yang sangat mulus dan indah, Mbak Ambar juga selalu memakai sepatu hak tinggi warna hitam yang seksi, sehingga menambah keindahan kaki dan betisnya. Pernah suatu kali ketika aku sedang melirik betis indahnya Mbak Ambar, tanpa kusadari ia mengetahuinya dan melihat ke arahku. Begitu aku tiba-tiba sadar dan melihat ke arahnya, aku malu sekali, jantungku berdegup kencang. Namun Mbak Ambar justru tersenyum kepadaku, yang malah membuatku makin jadi salah tingkah. Mbak Ambar memang orangnya ramah dan baik hati, bahkan ia terkadang memberiku hadiah-hadiah kecil. Namun tetap saja apabila aku sedang diajak bicara olehnya, jantung ini berdebar-debar, entah kenapa.

Peristiwa ini bermula pada suatu hari di hari Sabtu, ketika sekolahku libur. Seperti biasanya jika hari Sabtu kantor Oomku tutup, dan kebetulan hari itu Oomku sedang pergi ke luar kota untuk urusan bisnisnya. Hari itu sekitar jam 10 pagi, dan aku sedang duduk-duduk di teras depan, namun tiba-tiba Mbak Ambar datang dengan pakaian kerjanya seperti biasa.

"Eh, Mbak Ambar ! Lho, Mbak ini kan hari Sabtu, kok masuk kerja ?", tanyaku keheranan. "Oh, soalnya ada pekerjaan yang Mbak mesti selesaikan hari ini juga." jawabnya. "Oh, begitu. Tapi di kantor nggak ada siapa-siapa lho." kataku. "Ah, nggak apa-apa kok, Mbak bisa bekerja sendiri." katanya. " Tapi kamu mau khan temenin Mbak di kantor, supaya nggak terlalu sepi.", tanyanya. Wah, tentu saja aku mau, aku kan jadi bisa puas ngeliatin Mbak Ambar, memang tawaran ini yang kutunggu-tunggu, kataku dalam hati, he..he..he... "Ehm, baik Mbak, aku temenin deh..." jawabku. Sungguh aku yang saat itu masih berumur 13 tahun, sama sekali tidak mempunyai prasangka apapun.

Di dalam ruang kerja kantor, Mbak Ambar bekerja menggunakan komputernya, sedangkan aku sendiri bermain game dengan komputerku (dulu belum ada internet sih...), tepat di sebelah meja Mbak Ambar. Saat itu kulihat Mbak Ambar sedang sibuk dengan pekerjaannya, tentu saja kesempatan ini kugunakan sebaik-baiknya, untuk memperhatikan kecantikan Mbak Ambar habis-habisan. Keperhatikan wajah Mbak Ambar yang begitu cantik, lalu buah dadanya yang padat. Karena Mbak Ambar menggunakan rok span yang mini, maka ketika ia duduk dengan menumpangkan kakinya, pahanya yang putih mulus itu langsung terlihat, juga betisnya yang indah, kutatap habis-habisan. Namun tiba-tiba Mbak Ambar menatapku sambil tersenyum menggoda, " Lagi ngeliatin apa kamu, Nico ?" Deg ! Astaga..., aku benar-benar kaget, jantungku serasa copot, aku benar-benar panik, " Eh.., anu..., ehm..., nggak kok Mbak...", jawabku terbata-bata.

"Nggak apa-apa kok, kalau kamu suka Nico...", katanya sambil tersenyum nakal. Namun Mbak Ambar malah berdiri ke arah pintu dan menguncinya, lalu menghampiriku dan berdiri tepat di depanku, bau harum parfumnya terasa olehku. Tentu saja aku jadi makin berdebar-debar nggak karuan. "Co, menurut Nico, Mbak Ambar cantik nggak ?", tanyanya menggoda. "Eh... enggg.. iya.." jawabku kebingungan sambil menunduk, aku bahkan tidak berani melihatnya. "Nah... kalau begitu Nico mau dong kalau Mbak Ambar minta tolong." katanya, dan Astaga... Mbak Ambar bertanya sambil mengelus pipiku dengan punggung telapak tangannya. Perasaanku saat itu benar-benar campur-aduk, aku merasakaan kehalusan dan kelembutan tangannya, namun bercampur dengan grogi dan bingung. Aku hanya bisa mengangguk saja.

Lalu Mbak Ambar memegang tanganku dan menariknya dengan lembut, sehingga aku bangun dari dudukku.
"Yuk.., ikut Mbak.., Mbak mau ajarin Nico sesuatu.", katanya sambil menuntunku berjalan ke arah meja kerja yang kosong. Sebagai seorang anak, yang baru berangkat remaja, dan sedang kebingungan, saat itu aku benar-benar bagai kerbau yang dicucuk hidungnya, aku mengikuti semua kemauan Mbak Ambar.

"Nah,.. sekarang kamu berdiri di sini, dan diam dulu yah,..." katanya. Aku berdiri dengan bersandar pada meja. Lalu tiba-tiba Mbak Ambar mengecup bibirku dengan lembut, aku benar-benar kaget, sungguh, baru kali ini aku merasakan ciuman, rasanya benar-benar nikmat, bibir Mbak Ambar terasa lembut dan basah, aku hanya bisa diam saja sambil memejamkan mata, dan terus-terang saat itu penisku langsung bergerak naik
perlahan.

Kemudian tiba-tiba tangan Mbak Ambar, bergerak menuju celana pendekku, dan memengang tali celanaku. "Mbak, eh..., anu..., Nico mau diapain Mbak ?...", tanyaku dengan gugup, terus-terang perasanku saat itu agak takut. Nngak tau kenapa, walaupun aku pernah melihat film blue satu-dua kali, namun menghadapi kenyataan yang sebenarnya dan yang pertama kayak begini, jantungku berdegup sangat kencang.

"Kamu tenang saja deh Nico.., percaya deh sama Mbak, pasti nanti kamu suka.", bujuknya sambil kembali tersenyum nakal. Lalu Mbak Ambar mulai berlutut di hadapanku, dan mulai mengendurkan tali celanaku, "Mbak... jangan Mbak... ", aku sungguh-sungguh bingung dan takut, sungguh bukan pura-pura, badanku terasa panas-dingin, namun Mbak Ambar tidak memperdulikanku ia malah sibuk mencoba membuka celanaku, nampaknya nafsu birahinya sudah tak bisa lagi dikendalikan. Setelah talinya kendur, lalu Mbak Ambar melorotkannya, karena aku kebetulan sedang tidak memakai celana dalam, langsung saja penisku terjulai keluar. Ukuran penisku saat itu masih tanggung, bulunya pun masih sedikit karena memang baru tumbuh, namun kelihatannya hal itu justru membikin Mbak Ambar menatap penisku dengan tatapan buasnya. "...Mbak......", ujarku lirih dengan gemetar, lututku terasa lemas. Mbak Ambar yang tahu akan keadaanku lalu memegang pinggangku, dan menyuruhku naik, duduk di meja. Seperti terhipnotis akupun mengikutinya lagi. Lalu Mbak Ambar memegang penisku yang sudah agak keras itu, Ah..... genggaman jari-jari lentik Mbak Ambar terasa sangat lembut di penisku...

Lalu tiba-tiba dengan lembut Mbak Ambar, menjilat kepala penisku perlahan, "Ahh.... Mbaaaak....." jeritku lirih, Gila.... rasanya.... sulit dilukiskan...., bergetar seluruh tubuhku, saat lidah Mbak Ambar yang lembut menyapu permukaan kepala penisku. Lalu tanpa sungkan-sungkan lagi Mbak Ambar langsung mengulum penisku, benar-benar Gila rasanya.... "...Mbaak... aaaah.... Mbaaak....." aku mengerang-ngerang, tak karuan. Mbak Ambar terus mengulum-ngulum, sambil mengocok-ngocok, dan menyedot-nyedot penisku. Luar biasa rasanya.... tak terbayangkan nikmatnya...

Tiba-tiba aku merasakan sesuatu yang tak tertahankan, yang akan keluar dari tubuhku. Aku makin menggila mengerang-ngerang, Mbak Ambar yang rupanya tahu waktunya telah tiba, langsung menyedot penisku kuat-kuat. "...Mbaaaaaaaaaak..... Aaaarghhhhhhhhh..............", aku menjerit kencang, air maniku muncrat menyembur keluar, untuk pertama kali aku merasakan puncak kenikmatan yang tak terbayangkan, yang baru pernah aku alami... lalu tubuhku terkulai lemas.... tergeletak di atas meja.....

Namun air maniku yang tadi menyembur keluar di dalam mulut Mbak Ambar malah disedot, dihisap, dan ditelannya. Nampaknya Mbak Ambar rakus sekali dengan air maniku, bahkan karena saking banyaknya ada air maniku yang meleleh keluar dari mulutnya, dan melumuri sekitar bibirnya, dan dengan menggunakan lidahnya Mbak Ambar menyapunya semua lalu menelannya. Terus terang melihat adegan ini aku benar-benar heran dan agak merinding dibuatnya... Namun aku tidak peduli, karena tubuhku saat ini sangat lemas, dengan sisa tenaga yang ada aku berjalan ke sofa panjang di ruangan itu, dan aku langsung rebah dan terlelap.......

Sekitar satu jam aku tertidur, ketika terbangun aku merasakan suatu perasaan yang Wah..., pokoknya lain dari biasanya. Aku melihat Mbak Ambar sedang mencetak dengan printernya, nampaknya perkerjaannya sudah hampir selesai.

Setelah pekerjaan Mbak Ambar selesai, dan mematikan komputernya, ia menghampiriku. "Co... badan Mbak Ambar pegel nih, pijitin dong... mau khan ?", pintanya. "Iya Mbak." jawabku.

Mbak Ambar langsung terlungkup di sofa panjang, setelah aku bangun. Sejenak aku bingung, hendak bagaimana. Memang sering sih aku membayangkan menyentuh Mbak Ambar, tapi setelah dikasih kesempatan ini aku malah bingung. "Ayo.., kok malah bengong sih.", seru Mbak Ambar. "I..iya Mbak...". Masih agak ragu, namun mungkin karena peristiwa pertama tadi aku jadi agak berani. Kuusap pelan-pelan pundak Mbak Ambar, lalu perlahan kupijit-pijit, lalu turun pelan-pelan ke punggungnya. Ketika hampir mencapai ke dua buah pantatnya yang montok itu, aku agak ragu. "Ayo Co, jangan ragu-ragu.." serunya yang seakan tahu akan keraguanku.

Dengan agak berdebar kutempelkan kedua telapak tanganku ke buah pantatnya yang padat berisi itu. Wah, sungguh empuk, namun padat rasanya, lalu kuremas-remas perlahan, " Hmmm..... pintar kamu Nico...." kata Mbak Ambar sambil merasakan nikmat.

Setelah agak lama bermain di pantat Mbak Ambar, tanganku kembali merayap menyelusuri paha bagian belakang dan betisnya. Wah... betis indah Mbak Ambar yang biasanya hanya bisa kulihat dan kubayangkan saja, sekarang kuusap-usap dan kuremas-remas dengan lembut, sungguh halus sekali rasanya, mulus dan lembut....

Kemudian Mbak Ambar bangun dari terlungkupnya, dan kini duduk bersandar di sofa. "Nico, lepas sepatu Mbak !" perintahnya. Akupun melakukan perintahnya, melepas sepatunya dengan hati-hati. Setelah dilepas ternyata sampai ke ujung kakinyapun sangat halus dan mulus. "Nico, sekarang kamu jilat kaki Mbak !" kali ini tanpa ragu lagi aku ikuti perintahnya. Aku jilat telapak kaki Mbak Ambar yang mulus, lalu kujilatin pula tumitnya yang berwarna merah jambu itu. "Ehmmmm.... kamu nakal Co....", Mbak Ambar kegelian. "Terus naik ke atas yah, jangan berhenti !" pintanya lirih. Dari telapak kaki dan tumitnya, jilatanku naik ke atas. Kujilati betis mulus dan indah Mbak Ambar, benar-benar lembut sekali terasa di lidahku.

Jilatanku terus naik ke atas, kusingkapkan setengah rok spannya ke atas, lalu kujilati paha Mbak Ambar, membuatnya terus menerus merintih kegelian. "Nico, tolong bukain celana dalam Mbak yah...", lalu Mbak Ambar menyingkapkan seluruh roknya ke atas, sehingga celana dalamnya yang putih nampak jelas di depanku. Aha...!, ternyata di bagian tengah celana dalamnya telah basah, rupanya Mbak Ambar sudah sangat terangsang. Tanpa membuka roknya yang disingkapkan ke atas, dengan hati-hati kuturunkan dan kulepaskan celana dalam Mbak Ambar. Wah... luar biasa... baru kali ini aku menyaksikan yang secara nyata memek seorang wanita.

Memek Mbak Ambar sangat indah, bulu-bulunya sangat lebat, bentuk bukit memeknya cembung, di tengahnya terdapat garis bibir memek yang berwarna kemeraha-merahan, sangat merangsang birahi, apalagi di pinggirannya telah nampak basah oleh cairan birahinya.

"Ayo Co, jilatin dong, tunggu apa lagi." serunya. Kali ini aku agak ragu lagi. Namun karena aku pernah di film blue, tampaknya kok enak sekali rasa memek itu, aku jadi penasaran.

Aku dekati memek Mbak Ambar, ada sedikit bau harum birahinya, mula-mula dengan perlahan aku mulai menjilati pinggiran memeknya. "Sshhh... aaahhh.... ssshhhh.... aahhh....", Mbak Ambar mendesis-desis geli dan nikmat. Entah pemandangan apa ini, masih mengenakan pakaian kerjanya dengan lengkap kecuali celana dalam, Mbak Ambar duduk selonjoran di sofa, sementara aku menjilati sesuatu di balik rok spannya.

Aku terus menjilati pinggiran memek Mbak Ambar yang telah basah itu, rasanya asin-asin... Setelah pinggiran memeknya, aku mulai ingin menjilat tengahnya, kulihat di bibir memek Mbak Ambar yang masih rapat itu terdapat cairan basah, lalu aku jilat bagian tengah yang memanjang di memeknya, "Ssssssstthhhhh....." Mbak Ambar mendesis panjang. Lalu kujilati bagian dalam memeknya, kukorek dengan lidah seluruh dinding bagian dalam memeknya untuk mendapatkan cairan memeknya, sehingga membuatnya
menggelinjang-gelinjang, "Nico... aaaaahhh..... aaaahhh....." Mbak Ambar terus mengerang-ngerang.

Lalu aku ingat akan clitnya. Untung di film sudah diajarin dimana mencarinya. Dengan jariku aku renggangkan kedua bibir memek Mbak Ambar, lalu sedikit diangkat ke atas, maka tampaklah ujung clitnya yang mungil yang berwarna pink. Lalu dengan sekali jilatan panjang, aku jilat clit itu, "Aaaaaaaaaauuhhhhhh.........." Mbak Ambar langsung menjerit, ia tersentak kaget. " Nico.. dari mana kamu tau.. hmmmmm..?", tanyanya gemas. "Dari film Mbak", sahutku. "...Dasar...", Mbak Ambar mencubit tanganku. Kelemahan Mbak Ambar ini tidak kusia-siakan, lalu aku langsung menjilati clitnya, kugosok-gosok dengan lidahku, membuatnya semakin gila, menjerit-jerit dan menggelinjang-gelinjang, "Aaaaaahhh.... aaaaaaaahhh..... aaaaaaarghhhhh..... ehmmmmmmmm......." , terus saja kujilati.

Lalu kusedot clit Mbak Ambar dengan satu sedotan panjang, tiba-tiba Mbak Ambar langsung menjerit keras, "Aaaaaaaaaakkkhhhhhhh........", badannya mengejang, bergetar, kedua pahanya dirapatkannya ke kepalaku, dan tangannya meremas sofa itu dengan kuatnya, Mbak Ambar sedang merasakan puncak kenikmatan orgasme yang luar biasa, lendir hangat orgasmenya keluar dari dalam memeknya, yang langsung aku sedot langsung ke memeknya, membuat erangannya semakin panjang, "Aaaaaaakhhhhh....... Nicoooo..... eemmmhhh.... eeemmmhhhhhhh...........", dan akhirnya Mbak Ambar tergeletak lemas .....

Setelah terbaring lemas di sofa beberapa saat, Mbak Ambar kembali bangkit, lalu menarikku ke sofa, dan menciumku, melumat bibirku, lalu lidahnya didesakannya masuk ke mulutku. Aku yang belum berpengalaman menerima saja. Lidah Mbak Ambar bermain di dalam mulutku, mengait-ngait lidahku, Wah... rasanya... geli, nikmat, dan basah...

Kemudian Mbak Ambar melepaskan lumatannya, lalu melepaskan kaosku, sehingga kini aku telanjang bulat. Kemudian Mbak Ambar mendorong badanku agar aku terlentang di sofa. Ia menatap penisku yang sudah mulai bangun kembali, digenggamnya batang penisku, yang langsung saja membuatnya makin mengeras, lalu di kocok-kocoknya. Mulanya perlahan, lama-kelaman makin cepat, Wah.... rasanya benar-benar aduhai... Lalu Mbak Ambar melumat batang dan kepala penisku, Waaaah..... rasanya semakin luar biasa.....

Namun rupanya Mbak Ambar menginginkan lebih dari yang tadi. Ia melepaskan lumatannya di penisku, lalu Mbak Ambar mulai melepaskan pakaian kerjanya. Aku bangkit dan terduduk di sofa. Melihat pemandangan itu, aku jadi deg-degan, namun kali ini sedikit bercampur nafsu. Dan akhirnya Mbak Ambar membuka seluruh pakaiannya, termasuk BH dan celana dalamnya, sehingga ia kini benar-benar telanjang bulat. Wah..... luar biasa indahnya tubuh Mbak Ambar yang kuning langsat, sangat mulus dan seksi. Aku yang baru pertama kali melihat hal seperti ini, walau deg-degan, namun sekarang aku benar-benar terangsang. "Gimana Co, kamu suka kan... pasti kamu belum pernah melihat wanita telanjang, iya kan...?", tanyanya sambil menggodaku. Aku hanya tersipu sambil menganggukan kepala, Mbak Ambar tertawa cekikian...

Lalu Mbak Ambar meraih tanganku, dan diletakan di atas buah dadanya, Wuih..... walau aku deg-degan, tapi rasanya sangat lembut sekali.... "Nah Co, coba kamu remas-remas yach...", katanya. Tanpa disuruh dua kali aku langsung meremasnya dengan perlahan. "Hmmmmmm.......", Mbak Ambar mendesah. Aku terus meremas-remas dengan nikmat, "...Hmmmm.... stthhh..... aaahhhhh.....", Mbak Ambar terus mendesah.

Namun rupanya, tegangan birahi Mbak Ambar sudah sangat tinggi. Tiba-tiba aku langsung diterjangnya, dipeluk, serta dilumatnya bibirku, dengan penuh nafsu. Benar-benar baru kurasakan yang namanya cumbuan dan pelukan wanita, apalagi kita sama-sama dalam keadaan telanjang bulat, jantung ini berdetak kencang.

Tangan Ambar merayap mencari penisku, setelah dapat, lalu digenggamnya batang penisku. Lalu sambil mendudukiku, Mbak Ambar mengarahkan ujung kepala penisku ke memeknya. Aku yang melihat hal itu, jadi bingung sendiri, mau nyoba sih, tapi nggak berani, "Mbak, Nico mau diapain, ja..jangan sampai begitu Mbak..., Nico belum pernah...", kataku terbata-bata.

"Nah... kalau begitu, sekarang Mbak ajarin...", kata Mbak Ambar sambil tersenyum menggodaku. Sambil berkata demikian, Mbak Ambar langsung menekan memeknya ke kepala penisku, "Enghhh...", aku mengerang merasakan seretnya penisku masuk ke memek Mbak Ambar. "Sttthhh...", Mbak Ambar pun rupanya merasakan seretnya gesekan penisku dengan memeknya. Walaupun telah basah oleh lendir memeknya, namun memek Mbak Ambar memang masih sempit, jadi cuma sepertiga batang penisku yang baru berhasil masuk. Namun Mbak Ambar terus memaksakan batang penisku masuk, sampai aku sendiri takut kalau batang penisku lecet. "Stthhhh..... aaaaaahhh....", akhirnya seluruh batang penisku masuk ke dalam memek Mbak Ambar. Sungguh luar biasa, nikmat sekali rasanya batang penisku di dalam memek Mbak Ambar, hangat, lembab, basah, dan serasa dihisap masuk ke dalam lubang sempit yang berulir.

Kemudian Mbak Ambar mulai menaik-nurunkan pinggulnya, Mbak Ambar mengocok penisku di dalam memeknya. "..Aaaaahhhh.... aaaaaahhh...", aku benar-benar merasakan nikmatnya yang pertama kali.

Mbak Ambar pun tak kalah menjerit-jeritnya, "Sstthhh.... Aaaaaahhh.... Nicoo.... aaaaaaahhh.....". Mbak Ambar tampaknya seperti sudah lupa daratan, menggoyangkan pinggulnya kesana-kemari, maju-mundur, kiri-kanan, meliuk-liukan pinggulnya, sambil mengerang-ngerang dan menjerit-jerit. Sampai setelah sekitar sepuluh menit, tiba-tiba Mbak Ambar menjerit kencang, badannya mengejang, ditekannya memeknya ke penisku kuat-kuat, sambil mencengkram erat ke sofa. "Nicoooooo............. Aaaaaaaaaaakkkhhhhhh...........". Aku merasakan memek Mbak Ambar dengan sangat kuat menjepit dan mengempot penisku, rasanya memang sangat luar biasa nikmat, dari dalam memeknnya kurasakan keluar banyak sekali cairan. Karena merasakan jepitan dan empotan yang sangat dahsyat, tiba-tiba aku merasakan kembali sesuatu yang sangat tak tertahankan, dan akhirnya. "Mbaaaaaaaaakkkk........... Aaaaaaaakhhhhh...........", aku menjerit dengan kerasnya, merasakan nikmatnya rasa yang luar biasa, yang tidak bisa kulukiskan, air maniku muncrat dengan derasnya di dalam memek Mbak Ambar, banyak sekali......

Mbak Ambar tersenyum nakal kepadaku, lalu memelukku, aku merasa sangat lemas..... Dan akhirnya kami berdua tertidur sambil berpelukan telanjang di sofa itu........

Ketika aku bangun, Mbak Ambar tersenyum kepadaku, "Nico..., tenyata kamu hebat, lho...., Mbak nggak nyangka..." Aku hanya tersipu saja. "Lain kali kamu mau kan, Mbak ajarin lagi ...?". "...Iya Mbak...", jawabku sambil menggangguk, Yaah tentu saja aku mau setelah merasakan nikmatnya bermain sex dengan Mbak Ambar.

Waktu rupanya sudah menunjukan pukul 3 sore, rupanya kami tertidur cukup lama, untung tidak ada yang datang mengganggu. Sejak saat itu, setiap ada kesempatan, kami selalu melakukan hubungan seks. Bahkan pernah dengan alasan mengajakku jalan-jalan, Mbak Ambar pernah mengajakku ke apartement milik temannya yang sedang kosong, dan kami pun berdua melalukannya lagi, pokoknya luar biasa deh.... Hal-hal seperti itu terus kami lakukan sampai Mbak Ambar akhirnya menikah, dan pindah ke kota asalnya Bandung.....

Begitulah kisah pengalaman seks-ku yang pertama kali dahulu, yang tak dapat kulupakan.........