Cerita Dewasa, Keperawanan Hilang Di Malam Valentine
- Ini kisah nyata pernah dituturkan oleh seorang siswi SLTP yang saya
gubah dalam bentuk cerpen semoga bisa diambil ibrahnya dan dengan
lantang rame-rame kita bilang Say No to Valentine day dan jangan
sekali-kali latah untuk ikutan rayain ya!
Berikut Cerita Dewasa, Keperawanan Hilang Di Malam Valentine
Bunga-bunga bertaburan indah didepan mata Rein, aromanya nyaman di
hidung membangkitkan semangat untuk segera meraupnya. Tak tersisa. Dia
pun jingkrak-jingkrak. Ya, ini kali pertama Rein diijinkan Ayahnya untuk
keluar dengan Dev, pacarnya. Setelah pertaruhan argumen dan sedikit
ancaman dari Rein akan mengurung diri di kamar jika tak diijinkan
keluar. Maklumlah Rein adalah anak perempuan satu satunya. Dan bukan
pertama kalinya keinginannya harus dipenuhi. Meski menyimapan
kekhawatiran Ayah dan Ibunya terpaksa mengijinkannya. Kata terakhir yang
keluar sebelum mereka pergi adalah “ Dev, saling Menjaga ya?”. Bukan
tak mempercayai Dev, tapi mereka sama-sama masih SLTP, masih terlalu
kecil untuk diamanahi apapun.
Seperti burung lepas kandang, mereka terbang jauh mengelilingi
batas-batas daerah, mereka tak sadar musuh tentunya siap-siap dengan
taringnya. Sampailah mereka jauh dari Desa, dari pantauan kakak Rein,
orangtua dan masyarakat yang akan membela mereka. Taman Rimba. Ya
letaknya didalam Kota. Meski dalam Kota, taman ini adalah hutan buatan
tempat binatang yang dilindungi. Biasanya jika disiang hari tempat ini
dijadikan liburan keluarga. Hiburan murah meriah sambil mengenal satwa
bagi anak anak mereka. Dev memilih tempat ini karena pada malam itu akan
banyak pasangan ABG yang merayakan Hari Valentine dan mencatatkan
moment paling berharga dalam sejarah percintaan mereka.
***
“Dev, kita pulang yuk!” Rein mulai jengah dengan suasana taman, makin
malam makin banyak muda mudi yang datang. Sebagian dari mereka bertahan
tetap di arena menikmati acara yang disediakan panitia. Ada juga yang
menghabiskan waktu dengan keliling taman, duduk-duduk, tak sekali Rein
jumpai pasangan sedang berpelukan, lip kissing seperti yang dilihatnya
di film-film percintaan Korea bahkan lebih… Saat itu sulit dibedakan
mana penghuni taman rimba dan mana yang pengunjungnya.
“Bentar lagi Rien, sayangkan jauh-jauh kita cepat pulang. Acaranya baru
juga dimulai. Siapa tau nanti kita dapat doorprize atau kita dinobatkan
jadi pasangan paling mesra. Apa kamu gak ingin kita selalu mengingat
moment ini. Ketika semua orang memandang iri”. Manjur, perkataan Dev
meluluhkan hati Rein untuk tetap bertahan. Dev adalah cinta pertamanya.
Dia sangat menyayangi lelaki itu dan tak ingin buat dia kecewa.
Jam menunjukan pukul 21.40 WIB ketika Rein melihat jam pada
handphonenya. Ada banyak panggilan tak terjawab disana. Ia lupa untuk
mengubah nada silent dari sepulang sekolah tadi. “ Rein, kamu dimana?
Lekas pulang! “, itu sms yang dikirim kakaknya. Hendra. Ren semakin
gusar.
“Dev, pokoknya kita pulang sekarang! Ayah cemas. Ini sudah terlalu
malam.” Dev hanya pandangi wajah kekasihya itu sekilas dengan gurat
kecewa. Karena ia masih ingin menikmati acara demi acara. Dev berlalu
menuju tempat parkiran. Rein mengambil helm dari tangan Dev masih tetap
dengan isyarat sunyi.
Suasana mencekam, gelap dan sunyi, suara sound speaker terdengar sangat
jauh. Tiba-tiba motor yang dikendarai Dev mogok. Bagi orang yang waras
tentu lebih memilih tidur berselimut dirumah dari pada keluyuran. Kalau
tidak karena permintaan Dev tentu Rien lebih memilih dirumah saja. Rien
masih mengingat permohonan Dev.
“ Rien, sekali ini saja, malam Valentine. Malam kasih sayang. Malam
seluruh dunia berbahagia. Merayakan!. Besok jam sekolah kosong juga
hanya diisi eskul kan?”. “Menyesalkah ? entahlah dilain sisi Rein juga
menikmati setiap detik, menit dan seluruh waktu bersama Dev. Setiap
getaran yang mengalir mengingatkan pada Rien, mungkin cinta memerlukan
pengorbanan. Pengorbanan ?
Pada akhirnya Rien benar benar dituntut untuk berkorban. Pengorbanan
yang tak pernah diharapkan. Dibayangkan, oleh Dev, dirinya atau siapapun
juga. Pengorbanan yang sia sia. Konyol. Sewaktu motor Dev mogok, dua
orang pria tinggi besar berpawakan polisi menghampiri.
“kalian disini ngapain?” Tanya seorang lelaki yang berambut ikal kepak
“ motor kami mogok, Bang! “
“Alasan! Kalian mau mesum ya ?”
“ bener! gak bang! Jawab Dev, yang mulai menciut mentalnya. Pasalnya dua lelaki itu membentak.
“ikut kami! Ajak lelaki itu setelah bertanya alamat dan kartu pelajar.
Lelaki perpawakan polisi itu mengintrogasi Dev dan Rein secara terpisah.
“ kamu pasti sudah mesum ? kamu sudah tak perawan kan ? Tanya lelaki itu ke Rein
“ Rein hanya terisak pasalnya dia takut suara tinggi, bentakan. Orang
tuanya tak pernah membentaknya. Ditambah lagi suasana hutan yang gelap,
hanya cahaya handphone dari lelaki asing itu. “Dev, dimana kau ?“
pikirnya.
“Dev!!!” hanya kata itu yang sanggup keluar. Sekarang Rien benar-benar
takut bukan saja karena bentakan tapi laki-laki itu menyusupkan
tangannya dikemeja Rien
“ Alahhh!, kamu juga sudah tidak perawankan?, jangan berisik ! Sal yang
dipake Rien berpindah membungkam mulutnya. Tenaga lelaki itu terlalu
kuat. Rien tak dapat berbuat apa apa dan tak mengetahui apa apa? Hal
buruk telah menimpanya.
Ditempat yang berbeda Dev dimintai uang dan handphonenya. Jika tidak
diberikan maka akan diancam dimasukan ke kantor polisi. Nyali Dev yang
masih SLTP tak bertahan, dan tidak bisa berpikir panjang. Apalagi ia
berasal dari Desa. Mentalnya bertekuk lutut diserahkan uang tiga puluh
ribuan itu beserta handphonenya.
***
“ arrrgh! Kenapa kamu tak bilang dari tadi Rein? Geraham Dev saling
bertemu. Geram. Setelah mendengar pengakuan Rein. Dia putar motornya
kearah tempat dimana motornya tadi mogok. Dia putari seluruh taman. Sia
sia. Tidak ia temui dua lelaki tersebut. Putus harapan ia beranikan diri
untuk menghampiri pos satpam penjagaan dan menanyakan tentang dua
lelaki tersebut. Tapi penjaga mengaku tidak mengenali sama sekali dengan
ciri ciri yang disebutkan. “ kalau polisi yang patroli disini biasanya
pake seragam Dek” jelas penjaga tersebut. Setitik jalan keluar tak
mereka temui sedikitpun, semua tertutup. Gelap dan semakin gelap seperti
hari yang hampir mendekati tengah malam. Dev dan Rien merayakan hari
Valentine penuh dengan tangis. Tangis yang tak akan pernah kering sampai
kapanpun.
***
Rien pagi pagi sekali datang ke sekolah. Ia sangat bingung harus
bagaimana. Ingin segera ia bertemu dengan Dev. Matanya tak terpejam
barang semenitpun. Bukan karena berkumpulnya rindu seperti hari biasa
tapi karena kecemasan dan rasa shok bersekongkol disana. Tak disangkanya
Dev sudah berada di kelas. Senyumanya berubah menjadi masam. Dia lihat
Dev bersama Sri. Dilihatnya coklat ditangan Sri. “Dev, beri aku
penjelasan?” ditariknya Dev kebelakang kelas.
“Rien, maaf aku masih jejaka. Gila!, kalau aku memperoleh yang tidak
perawan”. Jawab Dev sambil menunduk. Sri sudah lama mencintaiku. Tidak
salahnya aku mengobati kekecewaan ini dengannya. Aku kecewa Rien. Aku
shok”. Sekarang Rien yang benar benar merasa gila. Tangisnya sudah
kering. Badannya kehilangan kekuatan. Disandarkannya lama di tiang
bangunan. Sunyi. Sampai tanda bel masuk berbunyi.
“ Maaf Rien, kuharap kamu baik-baik saja. Yuk kita masuk”. Kata Dev sambil berlalu.
***
Hari ini ruang kelas terpisah antara laki-laki dan perempuan. Kegiatan
eskul hari ini diisi dengan kegiatan Rohis. Miss. Salsabillah adalah
guru Bahasa Inggris yang dipercaya Kepala Sekolah sebagai tutor kegiatan
Rohis di kelas dua. Kelasnya Rien. Banyak murid yang menyukainya,
suaranya lembut, teduh, tak pernah marah-marah dan yang terpenting
adalah dia bisa diterima oleh anak-anak dalam memberikan tausyiah
meskipun dia bukanlah lulusan dari pesantren atau sekolah tinggi agama.
Kedahsyatan dalam mencari ilmu Agama secara otodidak mengantarkannya
menjadi sesosok muslimah yang ideal.
Betapa terkejutnya dia ketika sampai dikelas semua murid mengucapkan “
Happy Valentine Miss! Secara serentak. Wow. Disela kebingungannya
murid-murid menyisipkan coklat, bunga atau entah apa isinya yang
dibungkus rapi bersama sampul warna pink. Dia tak pernah merayakannya.
Saat itu adalah waktu yang tepat untuk mengembalikan Aqidah dan
menghapus lata murid yang ikut-ikutan merayakan Valentine.
“hari ini hari Valentine? Tanya Salsabillah kepada muridnya setelah kondisi lumayan tenang.
“ Iya Miss “
“Apa itu Valentine ?”
“Ah, Miss kolot masak hari gini gak ngerti valentine. Capek deh!!!” kata seorang murid.
Murid yang lain menimpali, “ hari kasih sayang Miss,”
“siapa yang bilang?” menarik perhatian muridnya. Suasana sunyi. “ sudah
biasa Miss, kami ngerayain kata seorang murid yang agak jangkung “.
Salsabillah mengelus dada di perdesaan seperti ini berita atau kabar
kekafiran cepat sekali menyebar dan itu diikuti.
“ masih ingat dengan ayat yang mengatakan jangan mengikuti sesuatu tanpa
ilmu pengetahuan?”. Kembali sunyi. Kemudian Billah melanjutkan, “kita
tidak boleh mengikuti perayaan Valentine karena ini adalah kebiasaan
orang orang kafir. Mau kita dimasukan kepada golongan orang orang
kafir?”. Murid-muridpun menggeleng tanpa suara. Dari bangku paling ujung
seorang murid bertanya, “ kenapa Miss? Kan Valentine bukan untuk orang
berpacaran saja tapi juga untuk anak ke orang tua, sesama teman dan
dengan guru. Bukankah itu baik? Kenapa dibilang mengikuti orang orang
kafir. Kalau untuk yang pacaran bolehlah dibilang begitu.” Salsabillah
tersenyum berarti tausyiah tentang haramnya pacaran minggu kemarin masuk
kepemikiran anak muridnya. Kemudian Salsabillah mulai bercerita tentang
asal usul kenapa Valentine itu haram. Diputarnya memori tentang asal
usul ini yang pernah ia baca dari majalah Islam.
“ Valentine itu berasal dari nama seorang Santo yang dibunuh karena ia
menentang Raja Claudius II yang melarang para pemuda untuk menikah pada
zaman itu. Menurut Raja, pemuda yang menikah tidak bisa berkonsentrasi
dalam berperang. Pada waktu itulah St. Valentine membangkang, ia tetap
menikahkan pemuda-pemuda tersebut. Tapi lambat laun ia ketahuan. Raja
marah lalu membunuhnya. Untuk mengenang dan mengagungkan keberanian sang
Santo maka dikenallah pada hari kematiannya sebagai hari kasih sayang
yaitu pada tanggal 14 Februari. Selain itu orang Eropa percaya pada
tanggal tersebut adalah musim semi atau musim kawin. Makanya banyak
orang-orang didunia yang ikut-ikutan ngerayain. Jadi bagi kita muslimah
kita harus pahami sejarah ini. Perayaan ini tidak ada dalam Islam. Agar
kelak kita tidak menyesal karena termasuk golongan kafir. Kalau kita
ikut-ikutan ngerayain, kita tak ada bedanya dengan mereka seperti sabda
Nabi Shallallahu ‘alahi wasalam “ barang siapa menyerupai suatu kaum
berarti ia termasuk golongan mereka (HR. abu Daud ). Jadi jangan asal
asal ikutan ya? Jika untuk memperingati hari kasih sayang bisa kok tiap
hari tanpa mengkhususkan hari hari tertentu. Jadi masih mau ikutan
merayakan Valentine nih? Mau digabunggin sama orang-orang kafir ?“ Tanya
Sallabillah. Ia pandangi semua isi kelas. Ia lahap semua mata
murid-muridnya. Semua tertunduk. Ada yang paham. Ada yang nyeletuk “ ih,
Miss ni gak gaul banget, apa apa gak boleh”. Ia tersenyum dan berdo’a
semoga diberikan hidayah dan pemahaman kepada murid muridnya. Dibangku
nomor tiga ia tangkap sesosok Rein, tidak seperti biasa. Wajahnya pucat,
ketika beradu pandang, matanya penuh dengan ketakutan.
***
Rein masih hanyut dalam pikirannya. Seandainay Rein dengarkan kata-kata
Salsabillah untuk tidak berpacaran tentu tak akan seperti ini. Dulu dia
tidak percaya kata-kata Salsabillah. Menurut Rein pacaran bukanlah
berzina seperti yang dikatakan Salsabillah. Baginya pacaran hanya untuk
memotivasi dia belajar. Semua sudah terlambat, Dev yang diharapkan bisa
jadi motivasi belajar adalah lelaki brengsek yang tak punya hati sama
sekali. Tapi Dev juga tidak bisa disalahkan, siapa yang mau dengan
perempuan yang tak perawan? Lalu siapa yang disalahkan! Tuhan ? bukankah
Tuhan sudah menegurnya, memanggilnya untuk tidak mendekati zina,
sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan
yang buruk (Al-Isra :32 ). “menagislahlah nak!, menagislah kalau kamu
belum siap cerita sekarang, Ibu tunggu. Menangislah!, jika buatmu
tenang!”. Diberikannya punggung Salsabillah. Mereka berdua berpelukan
seperti seorang anak dan Ibunya. Rein terus menangis, ia mulai mengerti
sebenarnya hidup ini memang penuh tangis entah tangis diciptakan karena
kesalahan diri sendiri, entah karena orang lain atau memang waktunya
harus menagis.
Mau dapat duit silahkan klik Link dibawah ini